Materi Penyutradaraan

Mendengar kata “sutradara” kebanyakan orang akan membayangkan tentang seseorang yang menggunakan topi pet, memakai rompi, duduk di kursi, dan teriak-teriak tidak jelas menggunakan megaphone. Atau membayangkan tentang seseorang yang berkuasa, paling pintar, dan paling benar dalam sebuah pertunjukan. Banyak wanita yang mengaguminya dan dipuja banyak orang (apa sutradara selalu laki-laki?). Pokoknya, kata “sutradara” akan membawa pada suatu kesan, yaitu: keren! Lalu apakah memang begitu adanya? Lalu siapa dan apa sebenarnya sutradara itu? Simak selengkapnya di sini!


Apakah menurut anda post ini bermanfaat?
Jika iya, bagikan posting ini.

Teater Sekolah: Sebuah Gambaran Umum

Salah satu kelompok teater yang menjadi tempat berkembangnya seni pertunjukan teater adalah teater sekolah. Teater sekolah atau lebih lazim disebut ekskul teater merupakan wadah yang sengaja dibentuk oleh pihak sekolah. Tujuannya untuk menjadi ajang pengembangan diri para siswanya melalui kegiatan seni pertunjukan drama.

Lalu apa perbedaan antara teater sekolah dengan teater mahasiswa dan teater umum? Proses dan tujuan pembentukan. Teater mahasiswa atau teater umum terbentuk karena adanya kesamaan minat dari para anggotanya pada seni pertunjukan drama lalu membentuk kelompok untuk mengembangkan minatnya tersebut. Sedangkan teater sekolah terbentuk karena adanya inisiasi sekolah untuk memberikan wadah bagi siswanya untuk mengembangkan diri. Meskipun begitu, tidak jarang juga teater sekolah terbentuk karena inisiasi dari para alumni sekolah tersebut yang menjadi anggota teater di kampus atau di kelompok-kelompok teater umum. 

Dari perbedaan tersebut, maka tidak heran jika minat dan motivasi dari teater sekolah dan teater kampus/umum berbeda. Sering kali ditemui adanya siswa yang "mendua" ketika pertama kali ikut ekskul teater. Menurut hemat penulis, hal itu tidak perlu disikapi dengan dahi berkerut. Pasalnya, saat-saat awal tersebut merupakan saat pencarian jati diri bagi siswa baru. Mereka masih belum tahu potensi dirinya dan bagaimana harus menggali dan mengembangkannya. Oleh karena itu, daripada bingung dengan para anggota baru yang selalu mendua, lebih baik menciptakan kondisi dan aktivitas teater yang membuat para siswa baru merasa tertarik untuk terus ikut.

Peran Pembina/Pelatih
Dalam perkembangannya, kegiatan teater sekolah telah menjadi sarana pengembangan diri para siswanya yang diatur khusus melalui kurikulum. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, kegiatan pengembangan diri ini telah diatur sebagai berikut.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik (Standar Isi 2006).
Peraturan ini merata untuk seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas. Setiap minggunya, alokasi waktu yang dianjurkan adalah 2 jam pelajaran/minggu.
Sebenarnya, tidak ada aturan baku yang menetapkan bahwa salah satu kegiatan pengembangan diri tersebut adalah teater. Namun, sepanjang yang penulis tahu, sebagian besar sekolah mulai dari jenjang SD hingga SMA banyak yang menghadirkan kegiatan ekskul ini di sekolahnya. Meskipun begitu, kegiatan kepramukaan dan Palang Mereah Remaja masih tetap menjadi pilihan favorit setiap sekolah.

Nah, kembali lagi pada pokok utama tentang teater sekolah, jika merujuk pada ketentuan tersebut, maka teater sekolah yang ideal adalah yang diasuh/dibina oleh orang yang mengerti teater. Orang tersebut tidak selalu harus guru dari sekolah tersebut. Bisa jadi sekolah tersebut menunjuk seseorang di luar sekolah yang dianggap mampu untuk membina teater sekolah tersebut. Yang pasti, agar kegiatan pengembangan diri tersebut berjalan ideal, teater sekolah haruslah diasuh oleh orang yang memiliki kemampuan di bidangnya.

Fungsi Struktur Organisasi dalam Teater Sekolah
Lalu apa peran ketua teater yang dipilih dari dan oleh siswa? Merujuk kembali pada kata-kata “kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik”, maka wajar jika dalam teater sekolah dibentuk struktur organisasi yang dijalankan oleh siswanya sendiri. Tujuannya tak lain untuk memberikan pelajaran dan praktik kehidupan sosial yang tidak mungkin bisa diberikan di dalam kelas. Oleh karena itu, kegiatan berteater tidak selalu melulu latihan seni peran, melainkan juga latihan berorganisasi yang tertib, terarah, dan terstruktur dengan jelas.

Kurikulum Teater Sekolah
Mungkin ini adalah topik yang jarang dibicarakan oleh para pembina maupun pelatih teater pada umumnya. Mengapa? Mungkin karena kebanyakan pelaku teater berlatih secara rutin hanya ketika akan menjelang pertunjukan. Hal ini juga masih dialami oleh penulis sendiri, sehingga jika diminta untuk menjabarkan materi teater yang runtutpun pasti masih akan meraba-raba. Namun, terlepas dari itu, jika ingin kegiatan pengembangan diri melalui teater sekolah berjalan maksimal, setidaknya ada panduan aktivitas yang bisa dijalankan.

Dalam buku “Seni Teater” karya Eko Santosa dkk. yang ditujukan untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan, materi teater secara global dibagi dalam 5 bab, yaitu: (1) pengetahuan teater, (2) lakon, (3) penyutradaraan, (4) pemeranan, dan (5) tata artistik. Dari lima bab tersebut masih dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa sub-bab yang menguraikan materi di setiap bab. Seluruh bab tersebut diajarkan dalam kurun waktu 3 tahun, yaitu dari jenjang kelas X hingga kelas XII.

Jika buku karya Eko Santosa tersebut menjelaskan hampir keseluruhan elemen-elemen dalam teater, penjelasan dalam buku karya W.S. Rendra jauh lebih praktis. “Seni Drama untuk Remaja” menyajikan dua materi utama dalam dunia teater, yaitu: pengetahuan umum tentang teater dan berbagai latihan seni peran.
Lalu bagaimana membagi semua materi tersebut pada peserta didik? Baiklah. Mari kita coba menghitung-hitung perbandingan alokasi waktu yang ada dengan jumlah materi yang perlu disampaikan. Jika dalam satu semester ada 5 bulan yang efektif (di luar libur), maka ada 10 minggu efektif x jumlah pertemuan setiap minggu. Jumlah tersebut dikalikan masa aktif siswa mengikuti kegiatan ekskul, yaitu rata-rata 2 tahun atau 4 semester (kelas tiga sudah tidak aktif). Hasilnya adalah jumlah pertemuan efektif yang biusa digunakan untuk kegiatan latihan teater selama dua tahun.

Berikut ini adalah contoh simulasi perhitungannya.
1 semester = 10 minggu efektif
10 minggu x 4 semester = 40 minggu
40 minggu x jumlah pertemuan = jumlah pertemuan selama masa keanggotaan aktif
Jika diasumsikan bahwa satu minggu ada satu pertemuan, maka dalam 2 tahun akan ada 40 kali pertemuan. Dengan begitu, setiap siswa akan mengalami 40 kali latihan rutin selama ia menjadi anggota aktif.

Dengan mengetahui hal tersebut, tinggal bagaimana langkah setiap pelatih/pembina memanfaatkan waktu tersebut untuk aktivitas teater. Sehingga pada akhirnya, kegiatan teater tersebut menjadi lebih efektif dan tidak berputar-putar tanpa tujuan. Selain itu, dengan pengetahuan tersebut, pelatih/pembina bisa memberikan materi latihan yang proporsional, tidak berat sebelah.

Begitulah gambaran teater sekolah secara umum dari sudut pandang penulis. Penulis sangat berharap akan adanya sumbang saran yang membangun demi perkembangan seni teater di tanah air.

Salam Budaya!


Apakah menurut anda post ini bermanfaat?
Jika iya, bagikan posting ini.

Pesta Pencuri

Karya: Jean Anouilh
versi Indonesia: Asrul Sani

PARA PELAKU 
Para pencuri:
PETERBONO
HECTOR
GUSTAVE

Keponakan perempuan LADY HURF:
EVA
JULIETTE

Pelaku lain:
LORD EDGARD
LADY HURF
DUPONT-DUFORT TUA
DUPONT-DUFORT MUDA

Figuran:
TUKANG CANANG
POLISI-POLISI
PENGASUH
ANAK KECIL
PEMBANTU
MUSIKUS

Download Naskah Drama


Apakah menurut anda post ini bermanfaat?
Jika iya, bagikan posting ini.

Struktur Lahir sebuah Naskah Drama

oleh: Alfanul Ulum F.S.

Struktur lahir dari sebuah naskah drama merupakan struktur atau susunan yang dapat dilihat secara langsung pada teks naskah drama. Struktur lahir tersebut merupakan salah satu ciri pembeda naskah drama dengan karya sastra jenis lainnya (puisi dan prosa). Meskipun begitu, struktur lahir naskah drama yang dijelaskan di sini bukanlah sebuah pakem atau ketentuan yang mutlak, namun hanya sebuah panduan untuk memahami bentuk dari naskah drama pada umumnya. Selain itu, juga untuk menambah wawasan bagi penulis pemula mengenai bentuk atau struktur lahir dari naskah drama.

Adapun bentuk atau struktur lahir dari naskah drama adalah sebagai berikut.

1. Judul
Judul merupakan gambaran lengkap dari permasalahan utama (tematik). Judul juga bisa menjadi sebuah ekpresi yang mewujud dalam metafora. Selain itu, judul juga bisa merupakan pengabadian nama dari tokoh utama ceritanya. Biasanya judul naskah drama dibuat semenarik mungkin sehingga mudah diingat dan menimbulkan rasa ingin.

Beberapa contoh dari judul naskah drama adalah "JPRET" (Putu Wijaya), "Sumur Tanpa Dasar" (Arifin C. Noer), "Sampek & Engtay" (N. Riantiarno), dan lain sebagainya.

2. Anotasi
Anotasi atau catatan atau kramagung adalah keterangan pengadeganan, setting, maupun lakuan dari tokoh dalam naskah drama. Sebaiknya anotasi itu singkat, padat, memandu, dan inspiratif. Hindari pula anotasi yang terlalu bertele-tele atau bersayap karena ini adalah panduan, bukan sebuah narasi seperti dalam cerpen atau novel. Anotasi yang terlalu lengkap juga bisa membatasi imajinasi dan daya kreasi dari kreator pertunjukan.
Contoh cuplikan dari anotasi antara lain sebagai berikut.

a. Anotasi pengadeganan dan setting dari naskah "Monumen" (Indra Tranggono)

...........

Panggung pertunjukan ini berbentuk procenium. Di bagian belakang tengah panggung, berdiri set monumen. Di depan set monumen itu menjuntai layar putih (yang bisa diangkat dan diturunkan sesuai kebutuhan). Di panggung bagian samping kanan dan kiri, terletak level yang posisi keduanya tidak harus simetris.

Di kain putih terpapar slide atau film dokumenter pidato Bung Tomo;
Disusul Slide/ film: adegan kolosal perjuangan rakyat/tentara rakyat. Poster-poster ”merdeka atau mati”
Disusul Slide/film: pembacaan teks pidato Bung Karno
Disusul Slide/film: adegan kolosal rapat raksasa merayakan kemerdekaan
Disusul Slide/film: keriuhan kota metropolitan

Lampu black out

..........

b. Anotasi lakuan tokoh dari naskah "Datang dan Pergi" (Samuel Beckett)

Flo : Apa pendapatmu tentang Vi?
Ru : Kulihat sedikit berubah. (Flo bergeser menuju ke tengah tempat duduk, berbisik di telinga Ru. Terkejut) Oh!
(Mereka saling pandang, Flo menempelkan jari di bibirnya)
Ru   : Dia tidak menyadari?.
Flo : Semoga tidak. (Vi masuk Flo dan Ru kembali menghadap depan mulai berlagak. Vi duduk di kanan. Sunyi.) hanya duduk-duduk seperti dulu kita lakukan. Di halaman bermain Miss Wade…

(kalimat dalam kurung di antara dialog tersebut merupakan anotasi lakuan tokoh)

3. Dialog
Dialog merupakan kata atau kalimat yang diucapkan oleh tokoh dalam naskah drama. Dialog sendiri berarti percakapan antara dua orang atau lebih. Tapi, pada naskah monolog percakapan tersebut dilakukan antara tokoh dengan dirinya sendiri atau dengan penonton. Dialog dengan dirinya sendiri tersebut disebut solilokui.

Apakah semua naskah drama harus ada dialognya? Tidak. "Laku Tanpa Kata" (Samuel Beckett) merupakan  naskah drama yang hanya terdiri dari anotasi-anotasi saja.

Dialog juga sering disebut dengan line atau wawancang.

4. Pembagian Babak dan Adegan
Babak merupakan permasalah besar yang menjadi pembentuk cerita dari naskah drama. Babak sendiri merupakan kumpulan dari adegan-adegan yang menjadi bagian dari sebuah cerita. Sementara adegan adalah peristiwa-peristiwa kecil yang terikat pada babak.

Berikut ini adalah beberapa contoh model pembagian babak.

a. Model 1
Model ini termasuk model lama. Model ini diperkenalkan oleh Wiliam Shakespeare. Dia membagi naskah drama dalam LIMA BABAK atau "Lima Permasalahan".

Babak Pertama. Penjelasan dari narator mengenai latar belakang tokoh-tokoh, waktu dan lokasi peristiwa, dan harapan dari pengarangnya.
Babak Kedua. Lakon berkembang, masalah datang.
Babak Ketiga. Pro dan kontra terjadi, konflik tercipta.
Babak Keempat. Klimaks dari permasalahan dan anti-klimaks menuju jalan keluar.
Babak Kelima. Penyelesaian. Lakon ditutup oleh narator, yang biasanya ikut memandu jalannya lakon, memandu penonton untuk memahami, bahkan ikut menafsir isi lakon dan mengomentarinya.

b. Model 2
Model ini juga termasuk model lama. Pembagian babak terbagi menurut setting tempat atau setting waktu.

c. Model 3
Model ini sering disebut sebagai "Adegan Prancis". Para penulis Prancis biasanya membagi babak berdasarkan pemunculan tokoh baru. Model ini juga termasuk model lama.

d. Model 4
Model ini tidak menggunakan babak atau adegan, namun hanya simbol-simbol (angka atau huruf), sebagai tanda pembagi, misal: SATU, DUA, TIGA, dan seterusnya. Atau 1, 2, 3, dan seterusnya. Atau I, II, III, dan seterusnya.


Selain keempat hal tersebut sebaiknya juga ditambahkan sinopsis dan nama-nama peran (dramatic persona) pada bagian awal setelah judul untuk memberikan gambaran secara umum pada pembaca.

Disarikan dari:
"Kitab Teater" karya Nano Riantiarno.


Apakah menurut anda post ini bermanfaat?
Jika iya, bagikan posting ini.

Teater Koma, Pementasan SAMPEK ENGTAY


Lakon legendaris Teater Koma, SAMPEK ENGTAY, yang sering kali dipentaskan sejak pertunjukan perdananya 25 tahun lalu, akan kembali digelar dari tanggal 13-23 Maret 2013, pukul 20.00 WIB di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru.

Harap TELPON LANGSUNG ke nomor yang disediakan. TIDAK TERIMA PESANAN VIA SMS, BBM, WHATSAPP maupun jalur maya seperti FACEBOOK, E-MAIL atau TWITTER.

HTM:
# Selasa, Rabu, Kamis: 200 ribu - 150 ribu - 100 ribu -75 ribu
# Jumat, Sabtu, Minggu: 250 ribu - 200 ribu - 150 ribu - 100 ribu

Info dan Pemesanan Tiket:
# Sekretariat Setiabudi 021-5251066 / 021-5224058.
# Sekretariat Bintaro 021-7350460 / 021-7359540.

Lihat juga naskah drama Sampek Engtay.


Apakah menurut anda post ini bermanfaat?
Jika iya, bagikan posting ini.

Pementasan Teater Pelangi "Opera Ant Smooth"

Teater Pelangi Univ. Neg. Malang (UM)
mempersembahkan
Pementasan "Opera Ant Smooth"

4 dan 5 Februari 2013
19.00 wib
Gedung Sasana Budaya (UM), Malang

Informasi dan pemesanan tiket:

Ijul : 085 643 047 017

Blog: http://operaantsmooth.blogspot.com/






Apakah menurut anda post ini bermanfaat?
Jika iya, bagikan posting ini.

"SERIBU KUNANG-KUNANG DI MANHATTAN"

Naskah Drama "Seribu Kunang-kunang di Manhattan"
Diadaptasi dari cerpen Umar Kayam
oleh Yussak Anugrah

Tokoh
Jane & Marno

Download Naskah Drama


Apakah menurut anda post ini bermanfaat?
Jika iya, bagikan posting ini.